Ta’asshub dan Bahayanya
Diantara penyakit akut yang banyak menjangkiti umat ini adalah penyakit ta’ashshub; yang sering diartikan dengan fanatik buta. Ta’ashshub secara bahasa bisa berarti keras; mengikat sesuatu dengan kuat dan erat. Kata ta’asshub diambil dari kata ta’ashshaba lahu yang artinya menolong atau membelanya. Ta’asshub juga diambil dari kata yang seakar yaitu ashabiyyah yaitu menyerukan pembelaan terhadap fanatisme kelompoknya; dan berdiri bersama mereka, melawan yang memusuhinya, tanpa memandang, apakah kelompoknya zhalim atau terzalimi; benar atau salah.
Penyakit ini menghalangi manusia dari kebenaran ilahi, bahkan bisa menggerogoti tubuh umat, sehingga tatanan umat menjadi rapuh dan mencerai-beraikan persatuan umat. Karena masing-masing menjadikan kelompoknya, atau panutannya, atau suku bangsanya, atau apapun itu, sebagai satu-satunya referensi tertinggi yang dipercaya, tanpa melihat argumentasi dan dasar argumentasi orang yang berseberangan.
Ta’asshub ini banyak ragamnya, diantaranya ta’asshub kepada madzhab, kelompok, figur, suku atau ras, bangsa, pemikiran dan lain sebagainya.
Ta’asshub atau yang sering kita sebut sebagai fanatik buta menjadi penyakit berbahaya karena si pelaku tidak mau melihat dalil dan argumen orang yang berbeda dengannya. Semua yang berbeda dengannya menjadi pihak tersalah dan harus ditolak. Padahal bisa jadi, kebenaran berpihak pada orang yang berbeda dengannya karena dia berpijak pada dalil yang jelas, dalil al-Qur’an dan as-Sunnah. Jika seperti itu, berarti secara tidak langsung dia telah menolak kebenaran.
Di antara sebab timbulnya sikap ini yaitu mengikuti hawa nafsu dan takjub dengan diri sendiri. Orang yang tidak menjadikan al-Quran dan Sunnah sebagai rujukannya, maka ia akan merasa takjub dengan pikirannya sendiri atau kelompoknya, atau figurnya. Padahal semua itu berpotensi salah, sementara al-Quran dan as-Sunnah yang shahih, kebenarannya bersifat mutlak. Kedua sumber ini harus menjadi tolok ukur bagi yang lain. Yang benar menurut keduanya, itulah kebenaran yang harus diikuti dan dibela, sementara yang salah harus dijauhi jika tidak mungkin diperbaiki.
Sebab lainnya adalah pengkultusan terhadap individu tertentu, misalnya tokoh agama, kelompok, negara dan lain sebagainya. Sikap mereka seakan mengisyaratkan bahwa para tokoh itu ma’shum, tidak pernah salah dan selalu benar, tanpa mau tahu dalil ucapan atau pendapat dan perbuatan sang idola. Ini sangat berbahaya. Allâh berfirman (yang artinya):
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allâh. (QS.at-Taubah/9:31)
Islam, sebagai agama yang diridhai Allâh datang untuk membimbing umat manusia agar selalu berjalan dibawah petunjuk al-Qur’an dan as-Sunnah yang shahih. Itulah kebenaran yang datang dari Allâh dan Rasul-Nya, kebenaran yang harus diterima dan dipertahankan. Dengan berjalan dibawah naungannya, umat akan terhindar dari fanatik buta. Umat juga tidak akan terjebak dalam berbagai prilaku negatif yang menjadi dampak buruk fanatik buta, seperti tolong menolong dalam dosa dan permusuhan, juga tidak bisa berlaku adil. Karena diantara petunjuk al-Qur’an (yang artinya):
Sesungguhnya Allâh menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allâh melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (QS. An-Nahl/16:90)
Dengan menjadikan keduanya sebagai pedoman, fanatik terhadap suku dan ras akan terkikis. Karena ras, suku juga garis keturunan bukan ukuran kemuliaan dan kebenaran. Lalu, untuk apa fanatic kepadanya kalau faktanya seperti itu?! Allâh menyebutkan bahwa ukuran kemuliaan itu ketakwaan yang ada di dalam hati. (Lihat Surat al-Hujurat ayat ke-13)
Ya Allâh! Tunjukkan kepada kami kebenaran sebagai sebuah kebenaran dan berilah kami kekuatan untuk mengikutinya. Tunjukkanlah kepada kami kebathilan itu sebagai sebuah kebathilan dan berilah kami kemampuan untuk menjauhinya.
Daftar Isi :
SOAL-JAWAB :
-Mengapa Allâh Menyiksa Orang yang Bermaksiat?
-Shalat Khusus Menghilangkan Kesusahan
-Mengantisipasi Menguap Saat Shalat Shubuh
-Melanggar Syariat, dan Bersandar Pada Ampunan dan Rahmat Allah
TAFSIR : Neraka Berkata: “Apakah Masih Ada Tambahan?”
HADITS: Anjuran Bertaubat Kepada Allâh
HADITS LEMAH & PALSU: Hadits Lemah Tentang Kulit Bangkai Apabila Sudah Disamak
MABHATS :
– Perintah Untuk Mengikuti Sunnah Rasûlullâh Larangan dari Fanatisme dan Taqlid
-Ta’asshub; Pemecah Belah Umat
-Akibat Buruk Dari Ta’asshub
AKIDAH : Allâh Maha Terpuji
MANHAJ : Pandangan Ahli Sunnah wal Jama’ah & Golongan Asy’ariyyah Tentang Iradah dan Masyii’ah Allah
KABAIR : Mencela Sahabat, Mendapatkan Laknat
FIKIH : Ketika Turun Ke Sujud, Lutut Dahulu Atau Tangan?
KHUTBAH JUM’AT : Menolak Bala Bencana
BAITUNA :
-Masih Menyia-nyiakan Harta?
-Petunjuk Nabi , Penjual Tidak Perlu Bersumpah
-Sedekah Air, Amalan Utama
-5 Etika Hidangkan Jamuan Bagi Tamu
-Mengikat Hati Anak dengan Dzikir Mengingat Allâh
-Sâ’id bin Yazid Berhaji Bersama Nabi Saat Berusia 7 Tahun
There are no comments yet, add one below.